Film “The Terminal” dan Grafologi

Inti cerita “The Terminal” (2004) adalah seorang pria yang ‘terjebak’ di bandara John F. Kennedy (JFK), New York karena secara hukum tidak berhak untuk keluar dari bandara dan menuju New York, tapi pada saat bersamaan tidak pula dapat pulang kembali ke negaranya. Hal ini disebabkan saat ia sampai di bandara JFK, negaranya sedang mengalami pemberontakan dari dalam terhadap pemerintah yang sah (Coup d’etat). Akibatnya, paspor negara tersebut tidak berlaku untuk memasuki negara lain, dan tidak pula ada penerbangan yang melayani tujuan ke negara yang sedang kacau itu. Negara buatan itu bernama Krakozhia, dan lelaki sial itu bernama Viktor Navorski (Tom Hanks). Singkat cerita, Viktor seperti jatuh ke dalam celah sistem yang tidak memberikan pilihan kepadanya selain harus menunggu di terminal transit internasional di bandara. Sampai kapan? Sampai negaranya kembali berdaulat atau sampai pemerintah Amerika menemukan aturan legal yang mengizinkan dirinya memasuki New York. Kedua-keduanya tidak jelas. Jadi, Viktor menjalani hari-harinya hidup di terminal transit sambil menunggu waktu yang entah kapan akan berakhir.

Apa gerangan yang terjadi selama waktu Viktor yang tidak jelas itu? Bagaimana caranya bertahan hidup (makan, mandi, tidur, dll) tanpa mampu menukarkan mata uang Krakozhia-nya yang sudah tidak berlaku? Bagaimana ia, yang dalam keadaan sulit, tetap dapat membantu seorang pria yang jatuh cinta? Bagaimana ia tiba-tiba terkenal dan disayangi semua kru bandara, termasuk para penjaga toko, karena menyelamatkan kebebasan seorang pria? Bagaimana pula perasaannya saat ia jatuh hati pada seorang pramugari cantik (Catherine Zeta-Jones)? Berhasilkah ia memasuki New York di tengah ‘jebakan’ yang disiapkan Komisaris Lapangan bandara yang tak berniat memudahkan hidupnya? Dan tentunya, pertanyaan paling penting ini: apa tujuan ia datang ke New York sehingga ia rela bertahan dalam ketidakjelasan? Saksikan sendiri dalam film berdurasi 128 menit ini.

Grafologi

Selain kisah yang menarik, “The Terminal” ternyata menyimpan kejutan lain di akhir filmnya. Setidaknya kejutan bagi saya. Kejutan ini muncul dalam bentuk  penulisan movie credit yang tidak biasa. Wajarnya, credit ditulis dalam huruf-huruf ketik, namun kali ini mereka muncul dalam bentuk tulisan tangan! Ya, tulisan tangan orang-orang yang namanya muncul pada credit tersebut! Maka kita bisa melihat tulisan tangan Steven Spielberg (sang sutradara), Tom Hanks, Catherine Zeta-Jones, berikut semua kru dan aktor yang terlibat. Lalu kenapa? Eh, kenapa bagaimana?? Kita jelas-jelas bisa membaca ‘sekilas’ karakter mereka lewat tulisan tangan mereka sendiri. Inilah yang dinamakan Grafologi, yakni ilmu (atau seni?) membaca karakter dari bentuk tulisan tangan. Keren, bukan?

Tenang saja, saya juga baru membaca dan tertarik sekilas. Tapi melihat manfaatnya, nampaknya ilmu ini patut dipelajari lebih lanjut, hehehe. Ada beberapa buku yang mengulas tentang grafologi ini. Referensi di internet juga ada. Lumayan lah, selain bisa membaca karakter diri sendiri dan orang lain (orang lain yang mana maksudmu, Gung? :P), ternyata Grafologi ini juga bisa dijadikan semacam terapi untuk memperbaiki karakter diri yang negatif. Hebat, bukan? Nah, agar lebih menarik mari kita coba ambil satu saja tulisan tangan yang ada pada movie credit “The Terminal” tadi. Siapa lagi kalau bukan tulisan tangan tuan Spielberg. Siapa tahu kita bisa membaca jejak kesaktiannya sebagai sutradara dari tulisan tangannya sendiri. Dan kawan, saya bisa melihat itu saat pertama kali credit menampilkan namanya.

Yang paling mencolok, menurut saya, dari tulisan Spielberg ini adalah zona atasnya yang tinggi (lihat tinggi dan proporsi huruf “S”, “T”, “L”, dan “B” terhadap huruf lainnya). Garis pada tulisan, berdasarkan letaknya, secara umum dibagi dalam 3 zona: bawah, tengah, dan atas. Masing-masing zona memiliki interpretasinya masing-masing. Nah, zona atas tulisan itu menggambarkan cita-cita, angan-angan, harapan, dan kehidupan spiritual. Maka, bisa dikatakan bahwa orang yang mempunyai tulisan dengan zona atas yang tinggi memiliki kecenderungan untuk memiliki idealisme yang besar, cita-cita yang melangit, harapan yang panjang, imajinasi yang tinggi, atau kehidupan spiritual yang prima. Jreng! Klop sekali dengan kesaktian sutradara Steven Spielberg ini yang film-filmnya selalu memikat karena ramuan jalan ceritanya yang apik, imajinasi yang tinggi, aktornya yang menawan, sampai pengambilan gambarnya yang memukau. Cocok sekali dengan karakter yang dibutuhkan oleh seorang sutradara film-film box office, bukan? Nah, sebenarnya banyak aspek lain yang bisa dinilai dari bentuk tulisan tangan, seperti margin, spasi, jarak antar huruf, jarak antar kata, kemiringan, huruf tegak/bersambung, dan sebagainya. Namun cukuplah analisis sok tahu ini fokus pada zona atasnya yang tinggi.

Sebagai penutup, seolah-olah sambil mendengarkan komposisi musik film “The Terminal” yang menghibur ini (coba dengarkan sendiri) , mari kita lihat bentuk tulisan tangan aktor dan kru lainnya. Siapa tahu jadi lebih tertarik untuk mempelajari grafologi. Selamat penasaran 🙂

Music Composer, John Williams

Director of Photography

Tom Hanks

Catherine Zeta-Jones

Blog at WordPress.com.

Up ↑